Is it good or bad for country ?Mungkin kalau dahulu kala kata orang tua mencari kerja pada jaman dulu merupakan perkara yang gampang. Gak perlu surat lamaran kerja, cukup dating ke perusahaan yang sedang membuka lowongan sambil membawa ijazah. Gak pernah ada test psikotest, paling cuma wawancara sebagai formalitas saja.
Sekarang keadaan sudah sangat jauh berbeda, saat ini era “
Hypercompetion” dimana perusahaan harus mampu berkompetisi atau hancur sama sekali. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab ketatnya kompetisi antar para pelamar dan mendorong bursa kerja menjadi semakin “kejam”. Panggilan pertama saja mungkin sudah menjadi anugerah buat mayoritas pelamar meskipun belum sampai ke tahap wawancara.
Hal – hal diatas bisa terjadi karena perusahaan membeda – bedakan criteria masing – masimg pelamar. Ada yang memenuhi kriteria, ada juga yang tidak memenuhi kriteria yang diinginkan bahkan ada juga karena criteria yang dimiliki pelamar berlebih sehingga menyebabkan perusahaan enggan untuk menerima. Mungkin takut untuk membayar gaji yang lebih dari standard. Jadi dari pada menanggung malu karena tidak bisa menggaji, banyak perusahaan menolak sang calon yang over kompeten.
Terkait masalah over kompeten, mungkin banyak para pelamar yang berasal dari sector teknologi informasi yang mengalaminya, terutama pelamar dari Indonesia. Karena berdasarkan data survey yang dilakukan oleh pemerintah Thailand pada tahun 2003 terhadap tenaga ahli bidang teknologi informasi (IT) bahwasannya
Indonesia berada pada puncak atau jajaran unggul, hampir setara dengan tenaga ahli dari Amerika dan India. Bahkan jauh mengungguli tenaga – tenaga dari jiran seperti Malaysia, Thailand bahkan Singapore.
Tentu saja hasil temuan ini sangat menggembirakan karena temuan ini secara tidak langsung menunjukkan pengakuan terhadap SDM Indonesia dalam bidang IT. Nah yang menjadi permasalahannya sekarang adalah mampukah pasar kerja indonesia menampung orang – orang tersebut sebab jika dilihat, kemampuan yang hampir setara dengan Amerika menyebabkan perusahaan di Indonesia tidak mampu menampung. Alhasil banyak dari mereka mencoba mencari kerja di luar negeri dimana mereka jauh lebih dihargai dari pada di negeri sendiri.
Di satu sisi ini merupakan jalan keluar yang baik, mereka bisa jauh lebih dihargai, kompensasi yang didapat juga lebih, pemerintah juga senang karena mengurangi angka pengangguran, devisa negara bertambah. Tapi di sisi yang lain menimbulkan permasalahan jangka panjang karena berkembangnya perusahaan – perusahaan asing ditangan anak negeri. Bahkan sangat disayangkan bila ternyata perusahaan tersebut datang ke Indonesia dan ikut berkompetisi di negara ini dimana produk yang ditawarkan ternyata dibangun oleh tangan anak negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar